Sabtu, 12 November 2016

[Surat] 7 Tahun Lagi, Apakah Aku menjadi apa yang Kuinginkan? (Teruntukku di Masa Depan)


Apa kabar? 


Saat kau membaca surat ini, tentu kau tahu dengan pasti alasan aku menulis surat ini. Surat yang berisi banyak pertanyaan yang ada dalam benakku ketika aku memikirkan diriku di 7 tahun mendatang. Jadi seperti apakah aku? Apakah aku menjadi pribadi yang kuinginkan? Seberapa besar perubahan yang terjadi pada diriku? Apa saja yang sudah kulakukan selama 7 tahun itu? Rasa ingin tahu yang besar membuatku menuliskan surat ini. Begitu banyak pertanyaan yang kuharap ketika waktunya telah tiba, kau akan menjawab semua keingintahuanku itu. 
Dan aku berharap semoga kau membacanya tepat di usia mu yang ke-25. Usia seperempat abad yang kupandang sangat pas untuk menjawab semua pertanyaanku itu.

Kini..
Saat kau membaca surat ini, 7 tahun pasti telah berlalu.. Atau mungkin ini sudah tahun ke-8.. Atau bahkan sudah tahun ke-10.. 
Tak masalah.. 
Intinya, aku bersyukur surat ini kembali ditemukan dan kini berada di telapak tanganmu…

***

7 tahun lagi… 
Apakah aku telah menjadi hamba Tuhan yang baik?

http://static.pulsk.com/images/2014/05/18/53785901385ca_5378590139952.jpg


Mendekatkan diri kepada-Nya, berusaha menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selalu bersyukur atas karunia-Nya sekecil apapun itu. Tidak “merengek” seperti anak kecil dan suka menuntut Tuhan ketika apa yang diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetap menjadi pribadi yang tangguh meski ujian dan musibah terkadang datang  mendera.

Seperti itukah aku?

7 tahun lagi… 
Apakah aku telah banyak melakukan hal-hal yang membuat orang tuaku bahagia?

Melihat orang tua bertepuk tangan dengan bangga atas kesuksesanku. Membuatnya tersenyum bangga dan selalu bersyukur karena telah mempunyai anak sepertiku. Merasa bahwa semua pengorbanan yang sudah mereka lakukan tidaklah sia-sia karena anaknya telah memenuhi semua impiannya.

Sudahkah aku melakukannya?

7 tahun lagi… 
Sudahkah aku menemukan pasangan hidupku?

http://archive.kawankumagz.com/articleFoto/Pacaran_Seru_Sambil_Belajar_(Bagian_2).jpg

 Pertanyaan ini mungkin terdengar lucu. Dulu aku sering bertanya-tanya. Akankah aku mendapatkan pasangan yang memiliki pemikiran dan ideologi yang sama denganku? Akankah aku mendapatkan pasangan yang mampu membimbingku menjadi pribadi yang lebih baik? Apakah dia mau menerima segala kekurangan dan kelebihanku? Apakah dia siap berbagi suka duka denganku? Apakah aku bisa hidup bahagia lahir batin dengannya? Apakah pasanganku itu mampu menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab? Akankah kita bisa bersama-sama mendidik anak-anak kita dengan baik?

Sudahkah aku mendapatkannya?

7 tahun lagi…
Apakah aku menjadi pribadi yang bermanfaat di masyarakat atau justru menjadi  sampah masyarakat?

Pertanyaan ini juga selalu membuatku penasaran dan terus memikirkannya. Berpikir apakah aku bisa menjadi orang yang selalu diharapkan keberadaan dan pertolongannya di masyarakat. Menolong mereka tanpa pamrih. Bukan menjadi orang yang meresahkan masyarakat karena ulahku. Yang menginginkanku untuk segara enyah dari kehidupan mereka. Memandang sebelah mata diriku karena sama sekali tidak bisa diandalkan. Menjadi sampah masyarakat dan layak untuk disingkirkan. Betapa memalukannya aku jika aku seperti itu.

Berhasilkah?

7 tahun lagi… 
Apa aku  telah menjadi Warga Negara Indonesia yang baik dan “berguna”?

Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!” -John F. Kennedy-
Aku berharap, 7 tahun lagi, akan ada “sesuatu” yang telah kuberikan pada negaraku. Dan saat aku mampu melakukannya, aku akan membagikan semangat ini kepada semua orang dan bersama-sama melakukan itu dan membuat perubahan untuk Indonesia yang lebih baik.
Yang pasti, aku berharap aku bukan bagian dari masyarakat yang hobi “ngomelin” negara. Yang hobinya berulang kali menuntut negara untuk memenuhi keinginan mereka. Karena “ngomel” saja tanpa ada aksi perubahan tidak akan membuat negara menjadi lebih baik.



Saat kau membaca surat ini, mungkin kau akan berulangkali tergelak melihat konyolnya pertanyaan yang kutuliskan di surat ini dan tampak seperti bualan saja. Tapi kau tahu, semua yang kufikirkan jika tidak segera kutulis pasti akan berulangkali merecoki otakku. 

Satu lagi…
Saat kau membaca surat ini, aku memang mengharapkan semua pertanyaanku terjawab dengan kata “iya”. Tapi tak masalah jika kata “iya” itu belum semuanya terwujud. Aku memakluminya. 
Bukankah tidak semua manusia menjadi orang beruntung dengan impian dan harapan nya yang terwujud dengan begitu cepat...

0 komentar:

Posting Komentar